WIRA MEDIA SELARAS

Wira Media Selaras is The Art of Documentation Movie Production. We are specialist in documentation for Reportage of Seminar, Presentation, Trainning. Profile of company, product and personal. Education Movie such as Language etc. In this blog we share our reference since the begining until present day. Contact : 0811 850-1360 or 021 723-1502

Minggu, April 19, 2009

Cahaya Lilin :
Jendral Wu Qi


Jendral Wu Qi adalah seorang pemimpin militer yang tangguh pada jamannya dan teladan yang baik bagi semua pemimpin militer. Meskipun seorang jendral ia selalu bersikap senasib sepenanggungan dengan anak buahnya. Dalam perjalanan ia tidak mau menunggangi kudanya dan berjalan bersama prajuritnya sambil memanggul ransum, kudanya dipakai untuk mengangkut beban lain atau prajurit yang sakit. Ketika jam makan, ia ikut mengantri jatah bersama mereka lalu ia mengobrol dan bercanda dengan mereka tanpa menonjolkan sikap keagungan seorang jenderal. Ketika malam ia tidur bersama mereka beralaskan lantai yang kadang tanpa tikar.

Ketika anak buahnya sakit ia sering membawakan obat dan makanan pada mereka. Ia memperlakukan mereka seperti memperlakukan anaknya sendiri sehingga mereka sangat menghormatinya dan bersedia mempertaruhkan nyawa di medan perang.

Pernah suatu ketika dalam perang, seorang prajuritnya mendapat borok di kakinya karena luka. Karena kekurangan obat, Wu mengobati prajurit itu dengan mengisap nanah pada lukanya dengan mulut sendiri sehingga prajurit itu sembuh tak lama kemudian. Ketika berita ini sampai ke telinga ibu si prajurit itu, wanita tua itu menangis tersedu-sedu. Tetangganya heran dan menanyakannya kenapa malah bersedih. Sang ibu menjawab, “Kamu tahu apa ? Suamiku dulu juga pernah diobati jenderal Wu dengan cara yang sama sehingga ia bertempur mati-matian dan gugur dalam perang. Aku merasa putraku akan mengalami nasib yang serupa dengan ayahnya”

Moral cerita ini adalah bahwa perbuatan dapat menghasilkan pengaruh yang besar dibandingkan dengan hanya berkata-kata. Seorang pemimpin harus dapat memberi contoh bukan hanya sekedar memberikan perintah sehingga bawahan akan melakukan seperti apa yang kita minta.

Diadopsi dari :
Kisah-kisah kebijaksanaan China Klasik
Refleksi bagi Para Pemimpin
PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2004
Tang, Michael C

Rabu, April 15, 2009

Sebagian Cuplikan dari Strategi 16 :
Melepaskan Musuh untuk Menangkapnya Kembali


Zhu Ge Liang memerlukan tujuh upaya sebelum ia akhirnya berhasil mengambil hati Meng Huo. Tentu saja Meng Huo adalah tokoh penting dalam keseluruhan siasat Zhu Ge Liang. Dalam konteks peperangan, lebih mudah untuk memancung saja seorang "Meng Huo" jika ia keras kepala dan tidak bersedia menyerah. Betapapun, masalah itu takkan berakhir di situ. Kelak akan muncul pemimpin baru dan peperangan mungkin akan berlanjut lebih lama. Seperti dalam Strategi 18, cara yang baik untuk menghancurkan gerombolan penjahat adalah dengan menangkap pemimpinnya. Seperti halnya, ketika menangkap seekor ular, seseorang harus mencari kepalanya, maka Zhu Ge Liang pun mengejar Meng Huo.

Untuk mengambil hati keseluruhan organisasi, pertama-tama ambillah hati pemimpinnya. Ketika Meng Huo menyerah, semua prajurit dari sukunya ikut menyerah bersamanya. Namun, untuk mejaga harga diri dan "muka" seorang pemimpin untuk tidak menyerah dengan cepat. Diperlukan waktu dan upaya untuk mengambil hati serta keyakinannya. Itulah yang dilakukan Zhu Ge Liang dan kesabarannya ternyata membawa keuntungan besar baginya.

Loyalitas karyawan memerlukan waktu dan upaya untuk dapat tumbuh dan berkembang. Sementara uang dan faktor-faktor lain yang penting, bukan segala-galanya. Dalam organisasi dimana serikat buruh diwakili secara kuat, tidaklah sulit untuk mencari karakter-­karakter "Meng Huo" dalam diri pemimpin serikat buruh. Oleh karena itu, manajemen seharusnya memahami betapa dibutuhkannya upaya-­upaya untuk memperoleh kepercayaan dan keyakinan dari para pemimpin serikat buruh. Para pemimpin serikat buruh yang militan siap mengajak pengikut-pengikutnya turun ke jalan melakukan pemogokan dan unjuk rasa. Selain konfrontasi langsung dari anggota-anggota serikat buruh yang tidak puas, manajemen yang buruk juga bisa menyebabkan para karyawan berhenti. Dalam lingkungan-lingkungan yang kompetitif dan bursa-bursa tenaga kerja yang ketat, kemungkinan-kemungkinan ini akan selalu ada.

Mengelola loyalitas karyawan lebih dari sekedar menyediakan iklim kerja yang bagus dan gaji-gaji yang tinggi yang diperlukan juga adalah mengambil hati karyawan. Manajemen harus siap melakukan upaya ekstra untuk membuat karyawan merasa dirinya diperlukan dan dihargai. Segala upaya harus dilakukan untuk menjadikan mereka aset perusahaan bukan sekedar unit produksi. Walaupun akan ada karyawan yang meninggalkan perusahaan untuk memperoleh gaji yang lebih tinggi, suatu manajemen yang perduli akan merugikan mereka secara psikologis dan sosial. Maka tidaklah heran kalau Sun Zi berkata:

”Suatu pasukan bisa menderita akibat pelarian, pembangkangan terhadap atasan, kegagalan, kehancuran, ketidakteraturan, dan kekalahan total. Keenam musibah ini bukan disebabkan oleh alam. Mereka terjadi karena kesalahan para jenderal.”

Mengambil hati juga mencakup upaya-upaya membujuk calon ­calon karyawan jempolan untuk bergabung dengan perusahaan. Para eksekutif yang berkinerja tinggi tidak aktif mencari pekerjaan-pekerjaan alternatif, terutama sekali apabila mereka sudah puas dengan pekerjaan yang ada. Bagi para eksekutif senior yang sudah amat berhasi, proses merayu bisa memakan waktu, menuntut kesabaran, dan ketabahan.

Bisa lihat juga di web cerita versi Inggris :
http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2007/5/11/85467.html

36 Strategi Cina Klasik
Adaptasi Falsafaf Cina Klasik pada Dunia Bisnis
PT Perinhalindo, Jakarta 2001
Wee, Chow Hou
Lan, Luh Luh